Categories
Artikel

Rasa Syukur: Obat Rasa Ketidakpuasan pada Manusia

Oleh: Alyzar Aviandi (4611421056)

          Manusia diciptakan dengan banyak karakteristik. Beberapa dari mereka merupakan hal yang menguntungkan dan dapat membantu manusia melakukan hal-hal baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Akan tetapi, manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Manusia memiliki banyak sifat-sifat yang buruk yang dapat membuat manusia mampu dan bisa melakukan hal yang mengerikan dan merugikan bagi diri mereka sendiri maupun orang lain pula. Salah satu sifat dan karakteristik manusia yang jelas terlihat adalah sifat manusia yang tidak pernah puas terhadap sesuatu yang sudah dimiliki. Menurut Penelitian, hampir semua orang akrab dengan perasaan bahwa sesuatu itu tidak sebagaimana semestinya, bahwa anda tidak cukup sukses, hubungan anda tidak memuaskan, dan anda tidak mempunyai sesuatu yang anda inginkan. Ketidakpuasan inilah yang menyebabkan orang-orang menjadi iri dengan orang lain dan merasa kecewa pada diri sendiri. Media modern sekarang ini dapat menanamkan pola pikir bahwa seseoang harus mempunyai standar atas apa yang dimiliki dan dimiliki. Seperti mobil apa yang harusnya anda kendarai, TV merek apa yang harus anda punya, berapakah gaji anda perbulan, seberapa cantik istri anda dibandingkan dengan tetangga sebelah. Pola pikir seperti itu merupakan sesuatu yang harus disadari dan dihindari untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan ini. Oleh karena itu, anda harus tahu, mengenal, dan belajar perasaan puas dan bersyukur. Menurut banyak ahli, rasa syukur inilah yang merupakan obat paling ampuh untuk perasaan tidak puas.

Rasa Syukur

          Apakah sebenarnya rasa syukur itu? Rasa syukur telah lama dipuji kebaikannya oleh filsuf maupun pemimpin agama di seluruh dunia. Bahkan beberapa dari mereka telah mendeskripsikan rasa syukur sebagai “lem sosial” yang membentengi hubungan -antara teman, keluarga, pasangan- dan berguna sebagai tulang punggung kemasyarakatan sosial manusia (Allen, 2018). Rasa syukur ternyata merupakan hal yang rumit untuk dimengerti dan dipelajari. Bahkan, rasa syukur telah dipelajari selama lebih dari 20 tahun untuk mengetahui darimanakah asalnya, dan juga kebaikan dan manfaat yang bisa berguna bagi kehidupan manusia sehari-hari. Rasa syukur bisa dilihat dari persepsi bahwa rasa syukur merupakan proses yang melibatkan dua langkah. Rasa syukur adalah seseorang mengenali bahwa sesuatu yang baik terjadi mereka dan tahu bahwa ada sumber dari luar yang menyebabkan kejadian positif tersebut.

Asal-usul

          Para peneliti telah menyarankan bahwa rasa syukur merupakan sesuatu yang telah ditanamkan di otak dan DNA kita sebagai makhluk hidup (Steger, Hicks & Kashdan, 2006). Makhluk hidup lain, seperti ikan dan burung telah diamati dan mempelihatkan bahwa mereka melakukan sesuatu yang disebut altruisme timbal-balik, dimana mereka akan melakukan sesuatu untuk/demi koloni dan anggota spesiesnya dengan harapan dan pola pikir bahwa koloni dan anggota spesiesnya akan berterima-kasih atau bersyukur dan akan membalas perlakuan individu altruisme timbal-balik tersebut. Beberapa peneliti bahkan menyarankan bahwa sesuatu yang mendorong perilaku timbal-balik tersebut merupakan rasa syukur itu sendiri. Studi ilmu saraf juga menyarankan bahwa ada bagian dari otak manusia yang menjadi asal-usul rasa syukur, begitu juga dengan beberapa studi menyarankan bahwa ada DNA yang membuat manusia dapat merasa rasa syukur. Hal ini menjelaskan bahwa rasa syukur punya asal-usul yang dalam.

          Anda akan merasa senang dan cenderung ingin membalas orang lain yang membantu anda. Perasaan senang dan ingin membalas inilah yang kira-kira merupakan asal-usul dari rasa syukur. Perasaan ini pun mendasari perilaku balas-membalas yang baik. Perilaku ini, yang disebut ‘upstream reciprocity’, merupakan bentuk tindakan rasa syukur dengan arah yang salah (Nowak & Roch, 2006). Perilaku tersebut adalah perilaku yang umum dari nenek moyang manusia. Seorang manusia yang bertindak baik dan berkorban untuk orang lain akan disukai oleh manusia lainnya yang akan membalas perbuatan baik manusia tersebut. Seperti contoh, manusia yang membagi makanan mereka dengan manusia lainnya akan disukai dan lebih diterima dalam sebuah kelompok yang akan meningkatkan kemungkinan mereka bertahan hidup. Akan tetapi, jika seorang manusia bersifat egois maka manusia tersebut kemunkinan akan tidak disukai dan ditinggalkan dalam kelompok sehingga menurunkan kemungkinan manusia tersebut untuk bertahan hidup. Perilaku menyukai dan tidak menyukai tersebut adalah bentuk awal dari rasa syukur.

Manfaat

          Menurut Caputo (2015), rasa syukur tampaknya bekerja sebagai moderator yang berpengaruh dari perasaan kesepian, terhitung hampir seperlima dari variabilitasnya, sehingga menunjukan manfaat potential dari rasa syukur untuk mempromosikan ikatan sosial. Singkatnya, rasa syukur memudahkan kita untuk membangun ikatan sosial seperti, mencari teman baru, berbicara basa-basi, menerima ajakan untuk nongkrong, sehingga berpengaruh juga untuk mengurangi rasa kesepian. Rasa syukur terhadap hubungan-hubungan yang anda miliki merupakan hal yang dapat bermanfaat. Mengekspresikan rasa syukur memainkan peran yang penting dalam sebuah hubungan karena itu dapat memperkuat ikatan sosial dan pertemanan (Emmons & Shelton, 2002 dalam Caputo, 2015), juga karakteristik yang diperlukan untuk pengembangan dan pertahanan ikatan hubungan tersebut (Algoe, Haidt, & Gable, 2008 dalam Caputo, 2015)

         Rasa syukur juga membuat anda lebih menghargai dan mengingat ingatan-ingatan yang penting dan indah bagi anda. Hal ini dibuktikan dengan eksperimen yang disebut ‘gratitude 3-blessings treatment for enhancing subjective well-being’. Eksperimen tersebut, yang dilakukan oleh Philip Watkins, Jens Uhder, dan Stan Pichinevskiy, menemukan bahwa penelitian ini meningkatkan akseksibilitas ingatan positive pasien-pasiennya lebih dari eksperimen-eksperimen sebelumnya. Pasien-pasien yang mengikuti eksperimen ini lebih mengingat kejadian-kejadian positif pada minggu terakhir (Watkins & Uhder & Pichinevskiy, 2014).

          Manfaat lainnya yang dapat diberikan oleh rasa syukur adalah menyebabkan sesorang untuk tidur lebih nyenyak. Rasa syukur mempediksi kualitas tidur subjektif dan durasi tidur yang lebih besar, dan lebih sedikit latensi tidur dan disfungsi pada siang hari (Wood, Joseph, Lloyd & Atkins, 2008). Selain itu, rasa syukur juga mendukung pemulihan rehabilitasi seseorang yang menderita kecanduan. Program Narcotic Anonymous telah menjadikan rasa syukur sebagau kunci dari pemulihan dan mendorong para anggotanya untuk mempraktikan rasa syukur setiap hari dalam usaha menuju pemulihan yang sukses (Chen, 2016).

          Para peneliti menemukan bahwa rasa syukur menghasilkan rasa kepuasan atas yang kita miliki. Selain itu, rasa syukur juga membuat sesorang menghargai pencapaian diri sendiri dan mengurangi kelelahan emosional yang dialaminya (Chan, 2010). Kesimpulannya adalah rasa syukur memfokuskan perhatian sesorang terhadap hal-hal yang baik yang sedang dimilikinya, dan karenanya seseorang tersebut akan merasa positif dan mempunyai pengalaman yang lebih baik dari sebuah peristiwa yang tejadi dalam kehidupan mereka.

Saran

          Semua orang pasti bisa merasakan apa yang dinamakan syukur. Akan tetapi, adakah cara untuk merasakannya lebih banyak? Studi menjelaskan bahwa salah satu faktor untuk seberapa banyak sesorang dapat merasakan rasa syukur tergantung pada budaya mereka. Nilai-nilai yang dihasilkan dari budaya individualis terhadap pengembangan dan tanggung jawab diri sendiri memperkuat usaha seseorang untuk lebih puas terhadap diri sendiri, sedangkan budaya kolektivis yang membantah penekanan terhadap diri sendiri dan tujuan serta pemenuhan individu mengganggu usaha seseorang untuk menggapai kesejahteraan mandiri (Boehm, Lyubomirsky & Sheldon, 2011).

          Walaupun begitu, ada cara untuk melatih rasa syukur ini. Cara yang paling mudah dan terpercaya adalah penjurnalan rasa syukur. Praktis ini cukup mudah. Untuk melakukannya, Anda hanya perlu menuliskan hal-hal yang Anda syukuri untuk hari itu. Mulai lah dari hal-hal yang kecil seperti, menemui teman lama, hari yang sejuk, ada orang baik yang menyapa, dan lain sebagainnya. Praktis ini berhasil meningkatkan pengaruh positif, kebahagiaan subjektif, dan kepuasan hidup, serta mengurangi pengaruh negatif dan gejala depresi (Cunha, Pellanda & Reppold, 2019). Bahkan pengaruh yang dihasilkan dapat bertahan cukup lama. Peneitian menunjukan bahwa orang-orang yang melakukan praktis tersebut  menunjukan rasa syukur dan modulasi syaraf yang lebih besar secara signifikan oleh rasa syukur di korteks prefrontal tiga bulan kemudian (Kini, Wong, Mcinnis & Gabbana, 2015). Bagaimana seseorang menjalani kehidupan tergantung kepada apa yang Ia percaya dan alami. Dengan fokus kepada diri sendiri dan bersyukur atas kebaikan yang telah dialami adalah salah satu cara terbaik untuk menikmati hidup.

Daftar Pustaka

Allen, Summer. (2018). The Science of Gratitude. (John Templeton Foundation, UC Berkeley, 2018). Diakses dari https://ggsc.berkeley.edu/images/uploads/GGSC-JTF_White_Paper-Gratitude-FINAL.pdf

Nowak, M. A., & Roch, S. (2007). Upstream reciprocity and the evolution of gratitude. Proceedings. Biological sciences274(1610), 605–609. https://doi.org/10.1098/rspb.2006.0125.

Steger, Michael & Hicks, Brian & Kashdan, Todd & Krueger, Robert & Bouchard Jr, Thomas. (2007). Genetic and environmental influences on the positive traits of the values in action classification, and biometric covariance with normal personality. Journal of Research in Personality. 41. 524-539. 10.1016/j.jrp.2006.06.002.

Caputo A. (2015). The Relationship Between Gratitude and Loneliness: The Potential Benefits of Gratitude for Promoting Social Bonds. Europe’s journal of psychology11(2), 323–334. https://doi.org/10.5964/ejop.v11i2.826

Watkins, Philip & Uhder, Jens & Pichinevskiy, Stan. (2014). Grateful recounting enhances subjective well-being: The importance of grateful processing. The Journal of Positive Psychology. 10. 91-98. 10.1080/17439760.2014.927909.

Wood, A. M., Joseph, S., Lloyd, J., & Atkins, S. (2009). Gratitude influences sleep through the mechanism of pre-sleep cognitions. Journal of psychosomatic research66(1), 43–48. https://doi.org/10.1016/j.jpsychores.2008.09.002

Chen, Gila. (2017). Does gratitude promote recovery from substance misuse?, Addiction Research & Theory, 25:2, 121-128, DOI: 10.1080/16066359.2016.1212337

Chan, David W. (2011). Burnout and life satisfaction: does gratitude intervention make a difference among Chinese school teachers in Hong Kong?, Educational Psychology, 31:7, 809-823, DOI: 10.1080/01443410.2011.608525

Boehm, Julia K & Lyubomirsky, Sonja & Sheldon, Kennon M. (2011). A longitudinal experimental study comparing the effectiveness of happiness-enhancing strategies in Anglo Americans and Asian Americans, Cognition and Emotion, 25:7, 1263-1272, DOI: 10.1080/02699931.2010.541227

Cunha, L. F., Pellanda, L. C., & Reppold, C. T. (2019). Positive Psychology and Gratitude Interventions: A Randomized Clinical Trial. Frontiers in psychology10, 584. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.00584

Leave a comment